tolong ingat dia, saat kita berbicara di media |
saat lajang, mungkin kita bisa seenak jidat mengumbar kejelekan kita sendiri di hadapan teman
ketika kita sudah menjejaki fase pasca nikah, saya perkenalkan dengan
istilah “aurat rumah tangga”. kita sebagai pribadi memiliki batas2 tertentu bagian
tubuh mana yang boleh dilihat oleh orang lain, begitu pula dengan rumah tangga
dan keluarga kita.
kita mulai dulu dengan sebuah rumah yang kita tinggali
bersama suami/isteri kita. seorang tamu asing yang datang ke rumah, tentu
tempatnya adalah di ruang depan/ruang tamu yang merupakan ruang publik. kita
sebagai pemilik rumah tentu akan segera menutup tirai kamar yang saat itu
sedang terbuka atau belum tertutup dengan sempurna. umumnya kita akan merasa
risih jika keadaan kamar kita ter-ekspos kepada orang lain. entah kamar kita
dalam kondisi rapi atau berantakan. kenapa? karena itu adalah wilayah private
atau ring 1 kehidupan keluarga kita berlangsung.
betul ga? buat saya sih gitu.
hehe.
bahkan dalam kondisi ekstrim saya adalah orang yang paling anti dengan
kedatangan manusia manapun di kamar saya dan suami. saya tidak suka dan tidak
bisa menolerir aktivitas itu apalagi tanpa ijin dari saya. buat saya, hal itu seperti
sedang melihat saya dalam kondisi tidak memakai kerudung. x_x
Nah, selain itu aurat Rumah Tangga ini definisinya lebih luas lagi
yaitu:
- keromantisan suami kepada saya atau sebaliknya
ya, saya pernah mempublish tulisan saya tentang romantis di
dalam blog saya. tapi itu masih merupakan hal yang pantas untuk dibaca dan
diketahui oleh orang lain. lain halnya jika romantisnya dalam bentuk yang lebih “ekstrim”, misalnya cium pipi, pelukan,
dan aktivitas halal lain untuk suami isteri.
dan aurat yang paling “haram” untuk dipublish buat saya baik
dalam bentuk eksplisit maupun implisit adalah:
- hubungan seksual suami-isteri atau hal-hal yang berhubungan dengan itu
percaya atau tidak, saya kerap menjumpai postingan “menjijikkan”
itu di laman facebook saya atau di recent updates kontak BBM saya. terus terang
saya tercengang akan postingan itu karena oknum pelakunya adalah orang yang harusnya
sudah paham akan hal itu. tapi lagi-lagi, kita tidak bisa menjustifikasi pemahaman
orang dari penampilan fisik apalagi menuntut ia untuk berperilaku sesuai
dengan yang kita harapkan. setidaknya ini menjadi pelajaran untuk kita :)
saya beri contoh hal implisit yg saya maksud ya karena insyaAllah tidak ada yang menuliskan hal ini dalam bentuk eksplisit atau vulgar.
“Alhamdulillah, mukena
isteriku sudah digantung lagi”
saya yang berjenis kelamin perempuan dan berstatus sebagai
isteri tentu mengerti apa yang dimaksud dengan “mukena sudah digantung” yaitu isterinya
sudah melaksanakan sholat. dan guess what? teman-teman orang yg mengupdate
status ini langsung berkomentar
A: “Lho kenapa emang kalau udah digantung?”
B: “Ya itu artinya udah lampu hijau lagii…”
fyi, komentator itu semuanya laki-laki.
see?
seimplisit apapun Anda menyamarkan hal tsb, teman-teman Anda
akan segera mengetahuinya karena itu adalah hal sensitive!
mohon diingat, saya sebagai perempuan tidak rela dan tidak
ridho hal seperti itu dijadikan bahan tertawaan!
tulisan ini saya cukupkan, jika ada yang ingin berdiskusi
mangga ditulis di kolom komentar. terima kasih. :)
ketika sudah menikah, kita memiliki tanggung jawab untuk menjaga izzah keluarga kita.
saiyah tau yg kalimat itu..
ReplyDeletedan dan dan,
:'(