Tuesday, February 8, 2011

it's [not] a good bye thing

aku memang menjauh,
tapi hatiku masih terpaut di sana, di tempat yang sama
seperti yang pernah ku katakan padamu
nanti, aku akan kembali lagi
menemuimu yang ku harap masih setia di sana

ya, ini bukan selamat tinggal
tapi sampai jumpa lagi



dedicated to
semua orang yang kusayangi

Saturday, February 5, 2011

sampah

lelah
lelah sekali ketika aku tak tau harus berbuat apa
lebih baik kau perintahkan aku untuk berlari mengelilingi kampus 7 kali
daripada aku diam seperti ini,
have nothing to think about
have nothing to do
have nothing to be worried
rasanya, satu hari seperti berabad2
dan seluruh dunia bersekongkol untuk membuatku depresi
=,=
otakku beku
aku mati rasa
datar

***

memang lebih baik aku pergi
menjauh dan menjauh dari sumber kekacauan
melarikan diri dari black hole
meski harus terlempar ke merkurius
terpanggang oleh suhu ratusan derajat

***

apa sebenarnya yang aku dapatkan dari tangisan?
bukankah hanya mata bengkak dan hidung merah?
boros tisu, mengotori bantal dan boneka
lalu kenapa virus tangisan itu seperti tak mau berpindah inang?
apa aku adalah habitat yang optimum untuk pertumbuhannya?

apa sebenarnya yang aku peroleh dari tangisan?
sebuah pelarian temporer?
yang kini menjadi aktivitas favorit tiap malam

ya..ya...
aku sedikit tenang setelah menangis
tapi apa lagi?
hanya itu kan?
toh pada akhirnya aku masih tak mampu berfikir dengan jernih
aku masih belum bisa menghasilkan keputusan brilian atas bencana yang sedang terjadi
atau mungkin aku sudah begitu bebal untuk melihat isyarat yang Ia berikan padaku?
ya,, mungkin itu sebabnya
mungkin itu penyebabnya
mungkin karena itu

keharusan

kini aku kembali membersihkan cangkul
yang tlah lama tersimpan di gudang belakang
membersihkan karat yang terlanjur membekas di matanya yang tajam
kemudian aku membawanya ke kebun belakang
mencari tanah yang subur akan air dan hara
ya, tunas itu ada di sana
meski tlah dipotong berkali-kali
tapi tetap membandel dan tumbuh menghijau
embun pagi masih mengkristal di ujung dedaunannya
berkilau ditimpa matahari pagi
aku menekuk lutut di dekat tunas itu,
memperhatikan helai daun termuda
seulas senyum tak sengaja mengembang di bibirku
kemudian berganti dengan gerimis yang turun di dalam hati
maaf sayang, aku harus melakukannya
ku luruskan lutut dan segera ku pegang erat tangkai cangkul di sampingku
sekuat tenaga ku hujamkan ke tanah yang gembur itu
terdengar koyakan akar yang terputus
serpihan tanah yang tercerai berai dari gundukannya
sekali lagi ku hujamkan mata besi itu ke tanah
tercerabut total dari habitatnya
dan kayu bertunas itu kini tlah lunglai
ku pandang ia berjam-jam
dan kubiarkan layu terpanggang matahari
lelah...
namun tak apa
memang itu yang harus ku lakukan
tugasku berikutnya adalah menyimpan kembali cangkul itu
ya, ku seret cangkul itu menuju gudang
lalu aku meletakkannya di tempat semula

the end

Friday, February 4, 2011

menikah tanpa cinta

bismillah

masih bernuansa halaqoh.

bukan,, ini bukan bahasan materi di lingkaran kami.
hal-hal seperti ini tak pernah masuk ke dalam materi. lebih sering [hmmm pun tidak sering] di agenda sharing alias qadhaya. pun itu lebih sering ketika ada salah satu dari kami yang menanyakan kasus yang ditemuinya. bukan masalah pribadi.
yang pribadi2 lebih sering [dan suka] dibahas secara pribadi dengan murobbiyah.

nah, suatu ketika...
setelah agenda halaqoh berakhir,
kami ber-8 kala itu [yang dua sedang pergi ke luar kota, yang satu memang sudah mutasi ke purwokerto] beranjak ke rumah makan di daerah balebak. pondok bambu anindi. [terkenal di kampus ipb dramaga kok ]. namun yang dua orang ada acara [yang satu di asrama, yang satu langsung pulang ke kosan. ngurusin skripsi kayaknya].

setelah berdiskusi panjang lebar dan tinggi.
aku menyimak cerita dari salah seorang sahabat yang memiliki saudara yang sudah berkeluarga. tiga tipe keluarga yang ada di kehidupan. dan bisa diambil contohnya.
setelah mengupas habis tipe keluarga itu, beberapa orang berkomentar
"suka atau cinta itu tidak penting untuk membangun sebuah keluarga"
yang lain menimpali
"cinta atau suka itu akan datang entah bagaimana caranya." *dengan sedikit diedit bahasanya hehe*
"yang penting visi dan misi mau membuat keluarga yang seperti apa"
beberapa cuman cengar-cengir gajebo, termasuk aku . aku kan masih imoet *g nyambung* :))
dan beberapa komentar lain yang aku tak ingat lagi apa. sudah seminggu peristiwanya.

menikah "tanpa" cinta.
hanya bisa dilakukan oleh orang yang benar2 siap.
siap kapan dan dengan siapapun.

sekian. tamat.

masih konek sama yang ini

Tuesday, February 1, 2011

sinetron "pendek"

kisah ini bermula dengan kebodohan
berlanjut dengan tangis yang membanjir
bersambung... pun dengan tangis
kemudian season II dimulai
masih dengan adegan tangis dan tawa yang datang bergiliran
dan senyap...
tak teraba alur yang akan terjadi
diam, tak bereaksi apapun
dan membiarkan semuanya seperti ini

namun kisah ini belum berakhir, sayang...
dan entah bagaimana akhirnya
aku pun tak tau

masih ingin membuat ustadz [-ustadz itu] menangis?

tertanggal 31 januari 2011
22.30 wib


baru saja saya mengikuti agenda pelatihan untuk persiapan dauroh syahadah. subhanalloh, saya kagum dengan semangat-semangat mereka untuk memperbaiki bacaan Al Qur'an dan juga semangat mereka untuk menjadi bagian dari orang-orang yang membumikan al qur'an, menjadi seorang pengajar tahsin.
instrukturnya pun khusus datang dari jakarta ke dramaga hari minggu sore untuk mengajar kami. subhanalloh... *terharu saya*
durasi belajarnya pun tak terlalu lama, dari ba'da ashar hingga maghrib, kemudian diteruskan dari pukul 20.00 hingga 22.00.
sayang, saya cuma bisa menghadiri dari pukul 20.00 karena harus mengajar di bimbel :(( *alhamdulillah juga deng, karena masih bisa mengikutinya selama 2 jam*

di akhir agenda, ketika mata sudah ingin menutup [saya sih ga ngantuk sama sekali, karena sudah terbiasa untuk tidur di tengah malam. kalongdotkom]. instruktur bertausiyah.
begini ceritanya:
suatu ketika, di salah satu syuro ustadz dan beberapa orang yang lain sedang merumuskan muwashshofat aktivis dakwah. sang ustadz mengusulkan "membaca al qur'an dengan baik dan benar" menjadi salah satu muwashshofat tersebut. namun ada seorang peserta syuro yang berkata: "ustadz, bukankah yang lebih penting adalah mengamalkannya?"
sang ustadz pun menangis mendengar pendapat tersebut.
menangis karena membaca al qur'an sesuai dengan nabi muhammad saw dianggap "sepele dan kurang penting". padahal, bacaan seperti nabi muhammad itulah yang benar, yang insyaAlloh akan memberi kita lebih banyak fadhilah.
bagaimana bisa kita mengamalkannya jika membacanya saja kita masih patah-patah.
bukankah kita da'i sebelum menjadi apapun?
dan sepertinya ada yang mengganjal ketika seorang da'i tilawahnya bengkok disana-sini.
katanya mentor?
katanya murobbi?
jleb jleb jleb
*panah menusuk2 jantung*


bagi saya sendiri,
yang bacaannya masih harus sering dibenarkan
yang masih harus sering diingatkan
yang masih belum mampu mengingat hukum2 tajwid

saya sungguh iri kepada mereka yang tilawahnya mampu membuat hati saya bergetar
saya sungguh iri kepada mereka yang senandung bacaannya mampu membuatku terdiam dan menyimak sedalam-dalamnya
saya sungguh iri kepada mereka yang al qur'an terasa hidup di bibir mereka

dan subhanalloh, memang benar kata instruktur
ketika al qur'an dibaca dengan tajwidnya[yang benar], saya merasakan hal yang berbeda,
sangat berbeda jika dibandingkan dengan ketika dulu, sebelum mengenal tahsin
dan telinga ini menjadi terasa gatal ketika mendengar bacaan yang kurang baik
astaghfirulloh, meskipun saya masih sangat jauh dari sempurna, telinga ini menjadi begitu sensitif untuk bacaan yang kurang sesuai dengan tajwidnya. [ampuni aku ya Alloh]
ingin sekali saya membantu untuk membetulkan, tapi [bodohnya] saya masih sungkan. apalagi jika beliau adalah orang yang lebih tua. :((

saudaraku, mari kita perbaiki kembali tilawah kita.
insyaAlloh akan membantu kita menjadi lebih dekat kepada Alloh. aamiin.