Friday, January 17, 2014

Toleransi Bagi Si Single #1



setiap fase kehidupan, kita selalu diberi kesempatan untuk belajar.

saat masih sendiri, maka kita belajar untuk bersimpati pada yang telah menikah.
bagi yang sudah menikah, maka fase itu mereka belajar untuk berempati bagi si single yang masih berikhtiar dan bertawakal menanti si jodoh.

saat masih sendiri, kita belajar bersabar .
dan saat sudah menikah, maka kita belajar untuk menahan diri agak tak mengumbar bahagia.
karena hidup tidak hanya dijalani berdua, ada mereka yang masih belajar tegar.

dimana tolensi untuk si single (photo by hikari)
tentu yang sudah menikah pernah mengalami fase single dimana segala pertanyaan "kapan?" terasa memuakkan.dan tentu mereka, saya dan kamu, yang sudah menikah juga pernah mengalami saat2 ketika menghadiri pernikahan rekan, rasa bahagia atas senyum saudaranya dan harap-harap cemas akan masa depan diri berbaur jadi satu dalam dada.

saat sudah menikah, alangkah bijak jika menahan diri menjadi hijab yang dipakai.
menikah bukan berarti menjadi ajang balas dendam terhadap perlakuan yang diterima dari para “senior”nya dulu. malah seharusnya, menurut saya, menjadi sebuah sarana untuk memberikan teladan (jika ini bisa disebut sebagai teladan) yang berbeda bagi orang lain. well, ini tak hanya tentang perasaan si single tetapi juga mengenai perkara yang seharusnya hanya dinikmati berdua saja: kita (saya, misalnya) dengan pasangan kita.

saya tidak menampik bahwa menahan diri adalah hal tersulit

Bijak Menyikapi Gerakan ODOJ

saya copas saja artikel yang ditulis oleh Ustadz Nandar, Lc. tulisan ini sebagai pengingat buat saya juga bahwa segala amal selalu dan selalu tergantung pada niatnya. semoga bermanfaat.


Tentang ODOJ  Dari Ust. Nandar, Lc 
Haji itu syariat, KBIH itu metodologi. Tabungan haji itu strategi. Haji itu butuh dalil, KBIH itu produk intelektual utk mengorganisir ibadah haji, sedangkan Tabungan Haji adalah upaya seorang muslim utk mewujudkan kesempatan beribadah haji. 
Adapun seorang muslim memiliki niat buruk dlm ibadah hajinya, semisal krn berambisi mempunyai gelar "pak haji" di kampungnya atau ingin menduduki jabatan ketua takmir masjid yg mensyaratkan ia harus pernah berhaji,... maka ITU BUKAN DOMAIN KBIH utk bertanggung jawab atas ketidaklurusan niatnya tsb. 
Itu adalah wilayah Allah. KBIH tidak mungkin mampu menjangkau niat ibadah anggotanya. KBIH hanya mampu mengorganisir zhahir dari seorang muslim utk menunaikan haji, namun tidak bathinnya.

Polemik Status Perempuan: IRT atau bekerja?



ilustrasi (a photo by @poskostudio86)
Perdebatan antara pilihan status perempuan menjadi ibu rumah tangga atau wanita karir sepertinya akan terus berlanjut. Mungkin nyaris abadi.
yang satu mengagung-agungkan golden age, yang satu mengagungkan aktualisasi diri.
jujur, saya gerah membaca status-status facebook atau twitter atau postingan blog, bahwa ibu rumah tangga itu adalah pilihan terbaik, perempuan harus memilih itu.
ingat golden age anak yang tidak akan terulang…
lalu –terkesan memaksa- agar semua perempuan menjadi ibu rumah tangga.
begitu juga sebaliknya.

well, let’s get back to the reality.
saya adalah muslimah, sudah menikah, dan belum punya anak.
saya tahu dan paham betul bagaimana peran seorang perempuan dalam menjaga estafet dakwah untuk mengembalikan penegakan syariah Islam di bumi. dan saya tahu bahwa anak adalah asset berharga baik buat dunia tapi juga hingga akhirat nanti. tetapi untuk saat ini, dan entah sampai kapan, saya memilih menjadi perempuan pekerja.

DAN

  • Jika semua perempuan menjadi ibu rumah tangga, lalu siapa

Thursday, January 9, 2014

Eksistensi ADK Pasca Pernikahan


Menjawab artikel http://rumahkeluarga-indonesia.com/eksistensi-adk-pasca-pernikahan-2198/, saya akan menuliskan pendapat saya mengenai pernikahan dan aktivitas dakwah.
saya alhamdulillah sudah menikah meski masih seumur jagung yakni hampir 2 tahun. mengenai fenomena yang disebutkan di artikel tersebut, saya juga melihatnya sendiri.

sedikit mengenai kami sebelum menikah:
saya aktif di LDK dan Dakwah Sekolah
suami saya aktif di dakwah siyasi dan Dakwah Sekolah

yang saya rasakan saat sudah menikah, saya masih terlibat di berbagai aktivitas dakwah di manhaj2 dakwah di sekitar kami tinggal. memang tidak persis sama ketika saya masih kuliah dulu, saya harus menyesuaikan bentuk partisipasi dakwah saya dengan tempat di mana saya tinggal. misalnya dulu saya aktif di LDK yang menjadi jantung pergerakan dan kaderisasi dakwah di Kampus, tetapi sekarang karena saya sudah pindah dan mengikuti suamis saya maka tentu saja saya sudah tidak terlibat secara langsung di LDK. Saya juga tidak melibatkan diri di LDK di sekitar rumah kami tinggal, tetapi meleburkan diri di berbagai aktivitas dakwah lain.

dan karena dakwah itu bermakna luas, maka saya juga tidak bisa mengungkung diri dengan definisi sempit bahwa