Friday, April 16, 2010

dari sebuah keluarga: a precious moment

seorang anak yang masih berumur 1 tahun 9 bulan
ia harus ikhlas (atau terpaksa) bahwa dia lah sang terpilih untuk menerima penyakit tumor di salah satu bagian tubuhnya.
berkat penyakit itu, perutnya membesar.
bahkan jika dibandingkan antara besar perut dengan besar kepala+kaki+tangan
keduanya sama besar, 50:50. bahkan mungkin besar perutnya melebihi jumlah ketiga bagian tubuhnya tsb.
trenyuh.
itu yang kurasakan saat melihat bengkak besar di perut yang begitu menyiksanya, anak kecil itu.
dengan beban di perutnya itu, ia masih ingin bergerak ke sana kemari
tentu dengan keterbatasan geraknya
masih memiliki keinginan untuk bermain mobil2an (mobil mainan yang lumayan besar hingga bisa dinaiki)
bahkan merengek ke ibunya untuk jalan-jalan ke lantai yang lain. menyusuri lorong rumah sakit yang berlantai 8.
tentu tidak dengan kedua kaki kecilnya, namun dengan bantuan kursi roda.
beberapa hari yang lalu, aku sempat melihatnya menangis (tangisan khas anak kecil) karena sedang dipuasakan oleh dokter
sungguh, aku tak tega melihatnya. ingin menangis.

ibu dan ayahnya, dari fisik ku taksir umurnya masih belum mencapai 30. atau paling tua mereka di awal 30tahun.
ibu yang sabar dengan segala kondisi fisik anaknya yang masih belum genap dua tahun.
bahkan berbicara masih patah-patah, berjalan pun masih goyah.
sepanjang ku tau, ia tak pernah menangis di depan anaknya.
dengan wajah khas seorang ibu, ia ikhlas merawat buah hatinya.
ayahnya yang pendiam, tentu bukanlah manusia yang tak pernah merasa sedih,
bahkan aku yakin ia menangis tanpa suara atau air mata.
dan itu tangis paling memilukan. tangis seorang laki-laki.

ya, hanya sekejap aku melihat tiga orang itu.
namun ketabahan mereka membuat atmosfer yang sama bagi para keluarga yang memiliki cobaan serupa
bahkan atmosfer-atmosfer itu saling menguatkan dan membentuk gelombang semangat untuk terus berikhtiar dan juga bertawakal padaNYA.

jakarta barat, 15 april 2010
susie

No comments:

Post a Comment