bismillah
inspirasi berharga pagi ini dari dr. Hilmi
masih ingat dengan gambar ini?
hirarki yang mengajarkan kita bahwa hal yang HARUS dipenuhi TERLEBIH DAHULU adalah FISIK [makanan, minuman, dan pakaian].
doktrin yang dikonsumsi sejak sekolah hingga kuliah dan secara tidak sadar membuat pola tersendiri dalam otak kita bahwa prioritas dalam hidup adalah materi, materi, dan materi. yang lainnya menjadi nomer ke sekian.
oleh karena itu, wajarlah jika manusia sekarang cenderung MATERIALISTIS.
banyak orang yang stuck di level "basic needs" atau di "safety needs" sehingga kepekaan sosial terhadap lingkungan sangat-sangat rendah. bisa dilihat bagaimana dampaknya sekarang: kesenjangan sosial yang nyata terlihat.
atau mungkin ada pula yang bisa melampaui itu namun terjebak di level "self esteem"
merasa bangga ketika dihormati sebagai seorang tokoh. bangga akan pencapaian diri dan akhirnya lupa akan hal yang lebih esensial.
kalau sudah begitu, bagaimana mungkin aktualisasi diri tercapai?
coba kita bandingkan dengan konsep yang dibawa bapak para nabi: Ibrahim as
konsep yang dia bawa adalah haji:
1. wukuf
2. melempar jumrah
3. thawaf
4. sa'i
5. minum air zamzam
konsep ini berbanding terbalik dengan apa yang dibawa oleh abraham.
hal mendasar yang harus dipenuhi terlebih dahulu adalah spiritual.
yaitu bagaimana interaksi kita kepada Alloh SWT. karena sehebat apapun manusia, ia tak akan pernah bisa lepas dari Tuhannya.
kemudian dilanjutkan dengna penghargaan terhadap diri kita dengan menghilangkan semua hal negatif.
berlanjut dengan meningkatkan hubungan sosial kita [lihat bagaimana thawaf terjadi, semua ras berkumpul menjadi satu. tak ada perbedaan], kemudian mencari keamanan dengan selalu berusaha seoptimal mungkin. dan kemudianyang terakhir adalah materi.
subhanalloh...
lihat bagaimana millah Ibrahim membeirkan pedoman sempurna untuk memperkokoh hubungan vertikal anatara manusia dengan Tuhan dan juga menjaga keseimbangan hubungan antar manusia.
dan bandingkan dengan pandangan sekuler yang mengedepankan materi yang diwakili oleh Maslow.
wallahu a'lam bish shawwab
matraman, 20 mei 2011
thanks to dr. hilmi atas tausiyahnya pagi ini.
sumber gambar 1
Friday, May 20, 2011
Abraham maslow vs Ibrahim as
Labels:
renungan,
tarbiyah madal hayah,
tausiyah
Thursday, May 5, 2011
tabayun : sebuah seni berbicara
bismillah
"alhamdulillah..."
segera ucapkan kata itu ketika ada saudara kita yang sudi tabayun.
karena itu adalah bentuk dari sebuah kasih sayang.
yap, saya pun mengucapkan kata itu dengan begitu ikhlas ketika sms berbentuk permintaan tabayun itu menggetarkan henpon saya
tabayun,,,
sebuah kata yang terlihat begitu sarat dengan nilai2 ukhuwah,
dan bertujuan positif: mencari penjelasan atas beberapa kejanggalan di mata saudara yang lain
sering kali membutuhkan seni dan cara menempatkan diri terhadap orang yang di-tabayun-i
kebetulan ketika itu sang pen-tabayun sudah saya kenal dengan baik
jadi, proses tabayun pun relatif lebih lancar.
bahkan santai.
pertama karena memang sudah kenal
kedua karena perkara yang di-tabayun-kan adalah sesuatu yang biasa saja, hanya karena dilihat di waktu yang "tidak tepat" saja
terkadang suatu hal yang biasa akan menjadi begitu luar biasa ketika dilihat pada waktu yang tidak tepat dan orang yang salah
untunglah, alhamdulillah, yang kemarin melihat saya cukup bijak dalam menilai sesuatu.
jadi, proses tabayun tidak terkotori dengan prasangka yang akan menghancurkan makna dari tabayun itu sendiri
oya, saya jadi teringat dengan pengalaman ketika di kampus
banyak... banyak masalah yang sebenarnya bisa diselesaikan dengan cara yang lebih elegan
namun malah berkembang menjadi masalah besar yang melibatkan banyak orang.
masalahnya apa?
itu tadi..
proses tabayun yang tidak oke.
tabrak sana-sini.
mencari info dengan membabi buta.
korek kanankiri.
bahkan seringkali jadi kasakkusuk di kalangan tertentu.
dan semakin tidak elegan ketika kelompok tertentu tadi membicarakan hal tsb dgn "kode2" tertentu di beberapa orang yang lain
pasti, orang lain itu akan "tertarik" dan bertanya2.
what happened aya naon?
terus terang, saya pun kurang suka [bahkan sangat tidak suka] jika saya terlibat dalam suatu masalah [ini misal]
dan kemudian malah dijadikan bahan ghibah yang judulnya "mencari solusi" .
ah, kadang...
tak ada yang mau memunguti keping pembelajaran yang terserak
:(
"alhamdulillah..."
segera ucapkan kata itu ketika ada saudara kita yang sudi tabayun.
karena itu adalah bentuk dari sebuah kasih sayang.
yap, saya pun mengucapkan kata itu dengan begitu ikhlas ketika sms berbentuk permintaan tabayun itu menggetarkan henpon saya
tabayun,,,
sebuah kata yang terlihat begitu sarat dengan nilai2 ukhuwah,
dan bertujuan positif: mencari penjelasan atas beberapa kejanggalan di mata saudara yang lain
sering kali membutuhkan seni dan cara menempatkan diri terhadap orang yang di-tabayun-i
kebetulan ketika itu sang pen-tabayun sudah saya kenal dengan baik
jadi, proses tabayun pun relatif lebih lancar.
bahkan santai.
pertama karena memang sudah kenal
kedua karena perkara yang di-tabayun-kan adalah sesuatu yang biasa saja, hanya karena dilihat di waktu yang "tidak tepat" saja
terkadang suatu hal yang biasa akan menjadi begitu luar biasa ketika dilihat pada waktu yang tidak tepat dan orang yang salah
untunglah, alhamdulillah, yang kemarin melihat saya cukup bijak dalam menilai sesuatu.
jadi, proses tabayun tidak terkotori dengan prasangka yang akan menghancurkan makna dari tabayun itu sendiri
oya, saya jadi teringat dengan pengalaman ketika di kampus
banyak... banyak masalah yang sebenarnya bisa diselesaikan dengan cara yang lebih elegan
namun malah berkembang menjadi masalah besar yang melibatkan banyak orang.
masalahnya apa?
itu tadi..
proses tabayun yang tidak oke.
tabrak sana-sini.
mencari info dengan membabi buta.
korek kanankiri.
bahkan seringkali jadi kasakkusuk di kalangan tertentu.
dan semakin tidak elegan ketika kelompok tertentu tadi membicarakan hal tsb dgn "kode2" tertentu di beberapa orang yang lain
pasti, orang lain itu akan "tertarik" dan bertanya2.
what happened aya naon?
terus terang, saya pun kurang suka [bahkan sangat tidak suka] jika saya terlibat dalam suatu masalah [ini misal]
dan kemudian malah dijadikan bahan ghibah yang judulnya "mencari solusi" .
ah, kadang...
tak ada yang mau memunguti keping pembelajaran yang terserak
:(
Subscribe to:
Posts (Atom)