ilustrasi photo by hikari |
"Ada dua golongan penduduk neraka yang belum aku melihat keduanya, Kaum yang membawa cemeti seperti ekor sapi untuk mencambuk manusia (maksudnya penguasa yang dzalim) dan perempuan-perempuan yang berpakaian tapi telanjang, cenderung kepada kemaksiatan dan membuat orang lain juga cenderung kepada kemaksiatan. Kepala-kepala mereka seperti punuk-punuk unta yang berlenggak-lenggok. Mereka tidak masuk surga dan tidak mencium bau wanginya. Padahal bau wangi syurga itu tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian waktu (jaraknya jauh sekali).” (HR. Muslim dan yang lain)."
Namun, banyaknya tau tidak selalu berhubungan positif dengan perilaku kita. seperti fenomena yang semakin marak terjadi di kalangan para muslimah. boleh jadi punuk unta yang dimaksud hadits ini jarang terjadi pada akhawat dalam aktivitas sehari-hari. namun yang bisa menjamin istiqomah itu berlanjut hingga ketika hari besar itu tiba? pernikahan?
dimana di situlah momentum pertarungan idealisme terjadi. katakan tidak pada yang jelas2 tidak sesuai sunnah, juga ada ruang kompromi pada hal-hal mubah. tentu, dua hal itu dilakukan dengan ma'ruf kepada kedua pihak keluarga. tetapi ternyata ada satu pihak lagi yang lebih sulit untuk ditaklukkan dan yg memegang peranan paling penting pada riasan pengantin wanita, yaitu sang perias pengantin.
siapa yang setuju dengan saya bahwa perias pengantin bisa jadi galaknya minta ampun? apalagi perias yang masih kuat dengan tradisi dan adat istiadat.
siapa yang setuju dengan saya bahwa perias pengantin bisa bersilat lidah di depan orang tua kita? yang akhirnya bisa membuat orang tua yang tadinya di belakang kita menjadi pihak yg kontra.
siapa yang setuju dengan saya bahwa perias pengantin memberikan alasan yang tidak masuk akal dan sulit dibantah oleh argumen2 kita?
siapa yang setuju dengan saya bahwa perias pengantin memiliki kamus sendiri utk kosakata "natural" dan "riasannya tipis kok"?
saya sendiri pernah menghadiri pernikahan teman2 akhawat yang istiqomah dengan kerudung panjang dan pakaian tidak ketat di kampus. namun apa yang bisa saya katakan ketika gundukan-entah-apa menempel ketat di atas kepala mereka. membuat kepala mereka sebesar bola *afwan jika ada yg tidak berkenan dengan istilah saya*. juga wajah mereka yang putih bersinar-sinar bak topeng bahkan nyari seperti kabuki? saya miris, sungguh.
yang saya tau gundukan itu, di kalangan beberapa orang dinamakan "cepol", berisi konde dengan berbagai ukuran (bisa dipilih sesuai selera) atau bunga kantil sebanyak 1 kantung plastik hitam ukuran sedang yang dipepatkan dan menyerupai konde. yang sangat tidak saya mengerti adalah untuk apa benda itu ditempelkan di kepala? yang jika tanpanya tidak berpengaruh apapun pada akad nikah. namun lagi2 ulah para perias tradisional lah yang membuat hal tidak penting ini menjadi begitu haram jika tidak dilaksanakan. dan ketidaktegasan serta pengkondisian keluarga para calon pengantin wanita yang terlambat-lah yang membuat hal ini tumbuh subur.
saya tidak mengelak bahwa hal itu sulit, sungguh sulit, menemukan titik temu dengan orang tua mengenai hal ini. namun hal tsb sudah pernah saya lakukan sendiri di pernikahan saya februari tahun lalu. saya tidak menginginkan make up berlebihan dengan berbagai macam alas bedak dan foundation sekian sentimeter di wajah saya, saya tidak mau ada musik dangdut atau organ tunggal yang sulit dikontrol di pernikahan saya. dan hal itu, sudah saya komunikasikan 1 tahun sebelumnya. pada awalnya orang tua saya menertawakan saya dan "ide langit" saya itu. tetapi tiga bulan sebelum pernikahan saya, orang tua saya menyerahkan semuanya kepada saya.
akhawat, saya rasa ide pernikahan islami di benak Anda hanyalah sebuah ide konyol tanpa ada usaha mengkondisikan keluarga, terutama orang tua Anda.
dan mau tidak mau, sebagai akhwat Anda mendapatkan tugas untuk memberikan contoh pernikahan islami bagi rekan2 Anda. jika Anda tidak bersungguh-sungguh memperjuangkan idealisme Anda dan hal itu membuka ruang-ruang excuse bagi teman-teman yang melihat Anda... siapa yang bisa menjamin tidak ada titik-titik dosa yang tercatat pada buku amalan kita?
jangan pernah relakan surga menjauh hanya karena cepol raksasa itu menempel di kepala Anda.
wallahu 'alam bishshowwab
No comments:
Post a Comment