Bekerja di tengah hujan |
Bismillah…
Kami berjanji untuk menjaga area kampanye tetap bersih, bahkan mungkin lebih bersih,
setelah kami selesai beraksi. Namun jika kami sendiri, mungkin kami tidak sanggup, karena
itu Allah mengirimkan bala tentara yang membantu kami.
Pasukan ini tak kenal
malu.
Siapa yang tak kenal dengan rasa gengsi di masa hedonis nan
materialistis ini? Jangankan untuk mengangkat sapu lidi dan sekop sampah di
antara ribuan orang, bahkan untuk memungut sampah 1 atau 2 di jalan,
wajah-wajah seperti dilumuri lumpur. Malu, Juragan!
Tapi berbeda dengan pasukan ini, mereka bahkan dengan bangga
memunguti satu per satu sampah yang dicampakkan di tanah dan kadang bercampur
dengan lumpur dan kotoran lain. Di antara kelompok-kelompok kecil ini, ada yang
rela mengangkat trash bag yang ukurannya hampir menyerupai tinggi tubuh mereka.
Tidak ada yang malu. Tidak ada…
Pasukan ini tak kenal
lelah
Zaman sekarang siapa sih yang tak menjadi manja? Bahkan
mungkin sedikit keringat di dahi menjadi hiperbola yang di-share di seluruh
media sosial yang dimiliki. Tapi berbeda sekali dengan sekelompok orang ini. Di
bawah terik matahari, senyum seperti tak pernah absen dari wajah mereka. Bahkan
sering kali terlihat tawa di antara mereka sembari tangan terampil menyisir
tanah lapang yang ukurannya lebih luas dari lapangan sepakbola.
Pasukan ini tak
peduli
Saat ini
era-nya orang-orang apatis. Tak peduli dengan apa yang terjadi di sekeliling
mereka, yang penting diri sendiri bahagia dan tidak mengganggu orang.
Bagaimana dengan kelompok ini? Ya, mereka juga tidak peduli!
Tapi mereka tidak peduli dengan hujan yang turun menderas membasahi tanah
lapang itu. Bahkan bukan satu dua yang rela berhujan-hujanan untuk
menyelesaikan “tugas” mulia mereka. Mereka juga tidak peduli dengan tatapan
aneh orang-orang yang menganggap mereka melakukan hal-hal ajaib yang di luar
kebiasaan. Fokus mereka adalah bekerja, bekerja dan bekerja.
Lalu, siapa pasukan
ini?
Mereka adalah sekelompok pemuda dan remaja yang mengazamkan
diri untuk berkontribusi untuk dakwah dengan apa yang mereka punya. Jika gerbong-gerbong
untuk para politisi, dokter, fotografer, reporter, sudah penuh terisi maka
mereka memilih untuk menjadi semut. Sebuah pilihan yang menuntut mereka menjadi
sosok yang tidak mencolok, bekerja dalam diam, tidak populer, tapi memiliki efek
luar biasa bagi dakwah.
Relawan Pasukan Semut di Gelora Bung Karno |
Barakallah bagi antum semua wahai para Relawan Pasukan
Semut.
Semoga setiap gerakan retina menyusuri tiap inci tanah yang
telah kami pijak saat kampanye menjadi pahala yang memberatkan timbangan amal
di yaumil akhir nanti. Aamiin ya mujiibud du’a.
No comments:
Post a Comment