Dear God, I feel so content. I am happy for all the imperfection I have and how I live such an imperfect life. Not everything is right, not everyone is okay. I am not okay. But I am happy that way. I am grateful that you bless me with an open heart to allow the bitterness of days. And I am thankful to know that perfection does not exist. Therefore, I am normal.
Dear God, Why do we wake up if we are to sleep? Why do we live if we are to die? Why do we meet if we are to say goodbye? Sometimes I don’t get it. Most of the times I don’t like it. But I know, this all teaches us something. That time is a constraint. That time is unavoidable. That time is unstoppable. And that humans will never everlastingly win. When we understand that, we then realize that nothing is more important than enjoying our days and make the people around us happy. So when time may no longer exist, people will remember us. And they smile when they do so. As beautiful memories.
Dear God,
As always, I enjoy talking to You...
good night...:)
[hasil copas dari copasan blog sebelah. i like this "letter" ]
Thursday, July 29, 2010
Monday, July 26, 2010
sepertimu....
seperti bulan yang bersama dengan mentari menerangi bumi
seperti langit tanpa tiang yang menaungi bumi
seperti gunung sebagai pasak yang mengokohkan bumi
seperti kau yang ada di seberang sana, jauh dariku
namun mengukuhkan aku dengan caramu
menopang langkahku dengan iringan langkahmu di sampingku
seperti akar yang menjadi nafas sebuah pohon
seperti fondasi yang menjadi ruh bagi sebuah rumah
seperti denyut jantung yang menjadi irama kehidupan
seperti kau yang memberiku alasan untuk hidup
jatuh-bangun, tawa-tangis ku
semua bermuara padamu
seperti musik yang mengiringi setiap lirik lagu
seperti desauan angin yang mengalun lembut membelai dedaunan
seperti merdunya gemericik air
seperti kau yang memperindah episode yang kulalui
dengan hentakan keras, sentuhan sayang yang selalu ada untukku
beruntungnya aku...
meski sering kali aku lalai akan hadirmu
meski tak jarang aku marah padamu
yang selalu kau terima dengan kelapanganmu
beruntungnya aku yang memilikiMU,,,Robbku...
seperti langit tanpa tiang yang menaungi bumi
seperti gunung sebagai pasak yang mengokohkan bumi
seperti kau yang ada di seberang sana, jauh dariku
namun mengukuhkan aku dengan caramu
menopang langkahku dengan iringan langkahmu di sampingku
seperti akar yang menjadi nafas sebuah pohon
seperti fondasi yang menjadi ruh bagi sebuah rumah
seperti denyut jantung yang menjadi irama kehidupan
seperti kau yang memberiku alasan untuk hidup
jatuh-bangun, tawa-tangis ku
semua bermuara padamu
seperti musik yang mengiringi setiap lirik lagu
seperti desauan angin yang mengalun lembut membelai dedaunan
seperti merdunya gemericik air
seperti kau yang memperindah episode yang kulalui
dengan hentakan keras, sentuhan sayang yang selalu ada untukku
beruntungnya aku...
meski sering kali aku lalai akan hadirmu
meski tak jarang aku marah padamu
yang selalu kau terima dengan kelapanganmu
beruntungnya aku yang memilikiMU,,,Robbku...
Sunday, July 18, 2010
bersamamu saat hujan menyapa
ketika matahari kembali tertutup kelabunya awan
bersamamu aku melintasi rute yang sama
seperti yang selalu kita lalui minggu lalu, dan minggu-minggu yang lain
mungkin jauh perjalanan ini,
namun bibir tak pernah mengeluhkan sengatan mentari
debu yang menyertai langkah-langkah kaki,
atau seperti sekarang, saat hujan menyapa bumi kembali
karena aku bersamamu...
ribuan tetes air tak menyurutkan langkah menuju lingkaran cahaya itu
bahkan mengundang gelak tawa ketika baju yang kita kenakan basah kuyup
tergelak saat semua orang memandang kita, yang nekad menerjang hujan
toh semuanya terbayar tunai ketika kaki melangkah ke dalam rumah itu
saat senyum mereka menyambut kita yang terlambat datang,
saat kekhawatiran itu terlihat di wajah-wajah mereka yang melihat kita, yang seperti tercelup ke dalam air
kedinginan karna hujan seperti sirna,..
lingkaran itu memang bercahaya, menyinari hati-hati kita semua...
dan bersamamu selalu indah, saudari-saudariku....
dedicated to
kesebelasan anggota lingkaran cahaya
bersamamu aku melintasi rute yang sama
seperti yang selalu kita lalui minggu lalu, dan minggu-minggu yang lain
mungkin jauh perjalanan ini,
namun bibir tak pernah mengeluhkan sengatan mentari
debu yang menyertai langkah-langkah kaki,
atau seperti sekarang, saat hujan menyapa bumi kembali
karena aku bersamamu...
ribuan tetes air tak menyurutkan langkah menuju lingkaran cahaya itu
bahkan mengundang gelak tawa ketika baju yang kita kenakan basah kuyup
tergelak saat semua orang memandang kita, yang nekad menerjang hujan
toh semuanya terbayar tunai ketika kaki melangkah ke dalam rumah itu
saat senyum mereka menyambut kita yang terlambat datang,
saat kekhawatiran itu terlihat di wajah-wajah mereka yang melihat kita, yang seperti tercelup ke dalam air
kedinginan karna hujan seperti sirna,..
lingkaran itu memang bercahaya, menyinari hati-hati kita semua...
dan bersamamu selalu indah, saudari-saudariku....
dedicated to
kesebelasan anggota lingkaran cahaya
Labels:
bersama mereka,
friendship,
moments,
poem,
senyum
Friday, July 2, 2010
kecewa?
berbicara tentang satu hal ini,
tentu semua orang yang ku kenal pernah merasakannya
tua-muda-kecil-dewasa
sejak kanak2 kita semua belajar untuk menelan kekecewaan
mungkin karna kita tak dibelikan mainan baru yang sama seperti yang teman di samping rumah kita punyai
atau mungkin karena kita tak diperbolehkan untuk menonton acara kartun yang sangat kita sukai
ketika di sekolah,
kita kecewa dengan beberapa nilai di mata pelajaran
kecewa dengan perlakuan guru
atau bahkan kecewa dengan kelompok2 orang yang tak menerima kita
bahkan ketika kita lepas dari semua institusi formal yang "mengekang" kita,
kecewa tak lantas pergi dari setiap jengkal langkah2 kaki
bahkan kecewa seperti menjadi sarapan-makan siang-makan malam-bahkan cemilan yang harus kita telan.
kecewa seperti bayangan yang selalu menghantui kita, tak pernah mau pergi, bahkan mengikuti kemanapun kaki berlari
lalu kemana harus kita sampaikan semua hal ini?
apakah perlu mengoreksi diri kembali? meski sepertinya muhasabah tak pernah lepas dari malam2 menuju peraduan
apakah perlu menangis sesunggukan di pojok yang bebas dari cahaya? sepertinya hati terlalu lelah untuk menangis
namun kedua hal itu memang perlu, bahkan harus dilakukan
karna semua hal yang menimpa kita, pasti berawal dari hati-hati kita, qalbun.
apakah benar semua hal yang kita lakukan bebas lepas dari segala bentuk motivasi dunia?
sedang kita tau bahwa kecewa hanyalah berasal dari keinginan dunia yang tidak mampu kita raih.
sedang kita tau bahwa kecewa tak akan datang jika hati polos tanpa coretan tinta duniawi
perlukah menangis?
sometimes, mata kita perlu dibasuh dengan air yang akan membersihkannya dari debu2 jalanan
bersamaan dengan itu, hati kita pun akan terlunakkan
mungkin sedikit, namun itu akan menolong diri menjadi lebih baik
well,,aku sedang merasa kecewa sore ini.
feeling so disappointed.
seperti tertampar sendiri oleh fakta yang ku dapatkan
kembali membuatku menoleh pada cermin sebesar tubuhku,
meneliti setiap inci dari semua motivasiku melakukan sesuatu.
ya, masih banyak lingkaran berwarna hitam yang mengotori semangatku
ya, aku malu pada cermin itu...
dan kini saatnya aku membasuh kembali nafs itu. tazkiyatun nafs yang sering kali hanya sekilas ku lakukan.
astaghfirulloh..... :(
tentu semua orang yang ku kenal pernah merasakannya
tua-muda-kecil-dewasa
sejak kanak2 kita semua belajar untuk menelan kekecewaan
mungkin karna kita tak dibelikan mainan baru yang sama seperti yang teman di samping rumah kita punyai
atau mungkin karena kita tak diperbolehkan untuk menonton acara kartun yang sangat kita sukai
ketika di sekolah,
kita kecewa dengan beberapa nilai di mata pelajaran
kecewa dengan perlakuan guru
atau bahkan kecewa dengan kelompok2 orang yang tak menerima kita
bahkan ketika kita lepas dari semua institusi formal yang "mengekang" kita,
kecewa tak lantas pergi dari setiap jengkal langkah2 kaki
bahkan kecewa seperti menjadi sarapan-makan siang-makan malam-bahkan cemilan yang harus kita telan.
kecewa seperti bayangan yang selalu menghantui kita, tak pernah mau pergi, bahkan mengikuti kemanapun kaki berlari
lalu kemana harus kita sampaikan semua hal ini?
apakah perlu mengoreksi diri kembali? meski sepertinya muhasabah tak pernah lepas dari malam2 menuju peraduan
apakah perlu menangis sesunggukan di pojok yang bebas dari cahaya? sepertinya hati terlalu lelah untuk menangis
namun kedua hal itu memang perlu, bahkan harus dilakukan
karna semua hal yang menimpa kita, pasti berawal dari hati-hati kita, qalbun.
apakah benar semua hal yang kita lakukan bebas lepas dari segala bentuk motivasi dunia?
sedang kita tau bahwa kecewa hanyalah berasal dari keinginan dunia yang tidak mampu kita raih.
sedang kita tau bahwa kecewa tak akan datang jika hati polos tanpa coretan tinta duniawi
perlukah menangis?
sometimes, mata kita perlu dibasuh dengan air yang akan membersihkannya dari debu2 jalanan
bersamaan dengan itu, hati kita pun akan terlunakkan
mungkin sedikit, namun itu akan menolong diri menjadi lebih baik
well,,aku sedang merasa kecewa sore ini.
feeling so disappointed.
seperti tertampar sendiri oleh fakta yang ku dapatkan
kembali membuatku menoleh pada cermin sebesar tubuhku,
meneliti setiap inci dari semua motivasiku melakukan sesuatu.
ya, masih banyak lingkaran berwarna hitam yang mengotori semangatku
ya, aku malu pada cermin itu...
dan kini saatnya aku membasuh kembali nafs itu. tazkiyatun nafs yang sering kali hanya sekilas ku lakukan.
astaghfirulloh..... :(
Thursday, July 1, 2010
aku tak pernah mau
kau tau?
aku tak pernah mau hal ini terjadi [lagi] padaku
karna aku tau pada akhirnya aku yang akan terpuruk dan menyesali semua, bukan kau
kau tau?
pun aku tak pernah meminta semua ini dari siapapun, bahkan dari NYA
karna aku tau jika akulah yang kemudian akan menjadi korban dari semua ini
kau tau?
tak ada hal yang menyenangkan dari semua yang terjadi padaku saat ini, saat itu, atau mungkin di saat2 yang lain... ah...aku lupa kapan...
kau tau?
aku -dengan sangat- mempersilakan semua ini pergi,,jauuuhhh...untuk selamanya...
menghapus semua warna yang pernah tergores di kanvas yang ku punya
mengembalikan semua emosi yang terkuras karna hal sepele ini
ya, kau telah pergi
dan kupaksa pergi dari semua sudut nafas dan tiap jengkal memori dalam otakku
dan aku bahagia.
aku tak pernah mau hal ini terjadi [lagi] padaku
karna aku tau pada akhirnya aku yang akan terpuruk dan menyesali semua, bukan kau
kau tau?
pun aku tak pernah meminta semua ini dari siapapun, bahkan dari NYA
karna aku tau jika akulah yang kemudian akan menjadi korban dari semua ini
kau tau?
tak ada hal yang menyenangkan dari semua yang terjadi padaku saat ini, saat itu, atau mungkin di saat2 yang lain... ah...aku lupa kapan...
kau tau?
aku -dengan sangat- mempersilakan semua ini pergi,,jauuuhhh...untuk selamanya...
menghapus semua warna yang pernah tergores di kanvas yang ku punya
mengembalikan semua emosi yang terkuras karna hal sepele ini
ya, kau telah pergi
dan kupaksa pergi dari semua sudut nafas dan tiap jengkal memori dalam otakku
dan aku bahagia.
Labels:
coretan tangan,
poem,
renungan
sisa dari 4 hari ini
tak ada yang ku sesali selain ketidakhadiranku pada beberapa jam dari keempat hari perjuangan ini
tak ada yang mampu membuatku banyak mencemooh diri selain ketidakberdayaanku terjebak di sebuah tempat yang lain, jauh dari pelataran gedung biru itu
tak ada yang bisa membuatku begitu bersyukur diberikan kesempatan untuk menghirup nafas selama 4 hari terakhir selain terik matahari dan terpaan hujan yang membasah-keringkan tubuh ini, sama dengan yang mereka rasakan
meski kini hidungku begitu aktif "berproduksi"
meski kini angin semakin banyak terkumpul di tubuh ini
meski tanda kemerahan muncul di beberapa bagian tubuh
meski kaki seakan merajuk untuk dimanjakan
itu tak masalah.
karena semua itu terbayar tunai saat melihat wajah2 lelah itu tersenyum di senja yang basah
dedicated to: "pasukan semut merah"
tak ada yang mampu membuatku banyak mencemooh diri selain ketidakberdayaanku terjebak di sebuah tempat yang lain, jauh dari pelataran gedung biru itu
tak ada yang bisa membuatku begitu bersyukur diberikan kesempatan untuk menghirup nafas selama 4 hari terakhir selain terik matahari dan terpaan hujan yang membasah-keringkan tubuh ini, sama dengan yang mereka rasakan
meski kini hidungku begitu aktif "berproduksi"
meski kini angin semakin banyak terkumpul di tubuh ini
meski tanda kemerahan muncul di beberapa bagian tubuh
meski kaki seakan merajuk untuk dimanjakan
itu tak masalah.
karena semua itu terbayar tunai saat melihat wajah2 lelah itu tersenyum di senja yang basah
dedicated to: "pasukan semut merah"
Labels:
bersama mereka,
moments,
senyum,
susie89's world
Subscribe to:
Posts (Atom)