sholat yang utama kan di rumah Alloh,
kalau buat akhwat mah lebih diutamakan di rumah.
tapi sungguh, ketidaksyukuran itu tetap bergelayut di hati2 orang yang terlalu lama di tempat yang nyaman. zona nyaman.
lihat saudara2 kita di kazakhstan. sholat di tengah salju yang dinginnya minta ampun. di tengah lapangan [ga banyak masjid di sana]. dan sepatunya dicopot. subhanalloh.. lingkungan memang menempa keimanan seseorang.
masjid [atau musholla] kita telah dibuat senyaman mungkin, seindah mungkin agar para jamaah betah sholat di sana. tapi kenyataannya? kalah ramai dengan list manusia yang online di fesbuk.
semoga Alloh melembutkan hati2 kita yang akan menyambut panggilan suci dariNYA dengan berlari ke rumah2NYA. merundukkan wajah serendah2nya di hadapan Robb semesta alam.
sumber: kaskus.us
Sunday, October 31, 2010
[mana] janji [manismu?]
Satu kata yang kau ucapkan dengan embel2 janji telah tercatat.
Ya, aku mencatatnya. Yang lain, siapapun itu, juga mencatatnya meski terkadang keterbatasan kerja otak membuat catatan itu hilang.
Tapi ingat, kata-kata itu telah tercatat dengan rapi di langit.
Disaksikan oleh ribuan malaikat dan juga Sang Mahamelihat lagi Takpernahlupa.
Dan sungguh, tak beruntung orang2 yang pernah berjanji kepadaku.
Aku [insyaAlloh] pasti ingat akan hal itu. Apapun itu.
Jadi, berhati2lah ketika berjanji padaku.
Aku mungkin tidak menagihnya, tapi sekelumit kekecewaan telah terjejak di kisah kita.
Ya, memang. Kecewa adalah sesuatu yang biasa terjadi ketika terlalu berharap pada manusia. Tapi, bukankah janji itu yang membuatku [dan orang lain] berharap?
Janji adalah amanah, adalah utang, adalah beban di hari pembalasan kelak ketika tak ditunaikan.
Ya, aku mencatatnya. Yang lain, siapapun itu, juga mencatatnya meski terkadang keterbatasan kerja otak membuat catatan itu hilang.
Tapi ingat, kata-kata itu telah tercatat dengan rapi di langit.
Disaksikan oleh ribuan malaikat dan juga Sang Mahamelihat lagi Takpernahlupa.
Dan sungguh, tak beruntung orang2 yang pernah berjanji kepadaku.
Aku [insyaAlloh] pasti ingat akan hal itu. Apapun itu.
Jadi, berhati2lah ketika berjanji padaku.
Aku mungkin tidak menagihnya, tapi sekelumit kekecewaan telah terjejak di kisah kita.
Ya, memang. Kecewa adalah sesuatu yang biasa terjadi ketika terlalu berharap pada manusia. Tapi, bukankah janji itu yang membuatku [dan orang lain] berharap?
Janji adalah amanah, adalah utang, adalah beban di hari pembalasan kelak ketika tak ditunaikan.
Labels:
coretan tangan,
susie89's world
Saturday, October 23, 2010
terima kasih
sungai yang terlalu lama tersumbat, pasti akan menimbulkan bau busuk di suatu ketika
atau meluap saat jutaan larik hujan jatuh melebur bersamanya
13 jam yang lalu, sungai itu mampu menemukan celah
yang membawanya pada muara,
membebaskannya pada laut hingga menyatu dengan samudera
atau meluap saat jutaan larik hujan jatuh melebur bersamanya
13 jam yang lalu, sungai itu mampu menemukan celah
yang membawanya pada muara,
membebaskannya pada laut hingga menyatu dengan samudera
Wednesday, October 13, 2010
coba lihat, apa yang hilang dari diri kita?
sejenak lalu aku membaca tarbawi edisi 2003.
jadul... tapi sungguh, membuatku kembali terhenyak [untuk kesekian kalinya] dan berfikir. mengoreksi diri.
ya, ternyata kita bukanlah kita yang dulu.
kita bukanlah kanak-kanak yang dengan demikian polosnya menilai semua yang kita liat dengan kesederhanaan anak kecil.
kita pun bukan lagi seorang anak yang selalu bergantung dengan orang tua.
kita memiliki kendali untuk menentukan langkah kita, apapun paksaan yang kita terima dari luar.
garis-garis hidup ini tidak datar... bergelombang setiap waktunya, berbeda di setiap lembarnya
dan tiba-tiba saja kita menjadi sosok yang lain dari kemarin-kemarin.
kehidupan kita yang baru, termasuk pergaulan dan semua masalah yang menjadi satu paket di dalamnya
tidak bisa dihadapi dengan dunia kita yang lama.
sebab, tantangan hidup yang baru tidak bisa ditundukkan dengan kebesaran kita di masa lalu.
jika dulu kita bergelimang dengan semua popularitas, atau dalam kesenangan dunia yang mengalihkan akhirat dari posisi utama
sekaranglah saatnya untuk meneguhkan diri sekuat jiwa,
untuk mengejar akhirat, mengingat kematian dan menyelimuti seluruh jiwa dengan rasa takut yang mendalam akan hari pembalasan
"dan barang siapa yang ingin mengejar surga dan ingin berlari dari neraka, sekarang inilah saatnya. saat taubat masih diterima, saat dosa masih diampuni. sebelum ajal memenggal, sebelum amal terputus, sebelum Alloh swt menghitung perbuaran manusia di tempat yang tidak diterima lagi persembahan, tidak berguna lagi alasan-alasan. yang tersembunyi menjadi nampak, syafaatnya tidak berfungsi lagi. manusia berbondong-bondong dengan amal perbuatannya. datang dengan bercerai berai menuju kedudukan masing-masing. maka beruntunglah hari itu mereka yang menaati Alloh dan binasalah mereka yang memaksiati Alloh." [umar bin abdul aziz]
setiap orang pasti akan kehilangan sebagian atau seluruh dirinya yang ia miliki dahulu, tetapi tidak semua orang mampu mencari penggantinya yang baru.
1. kehilangan gairah dan semangat penghambaan
abu darda' "sesungguhnya di antara tanda kepahaman seorang hamba adalah menjaga imannya dari hal-hal yang bisa menguranginya. serta memahami apakah sedang bertambah atau berkurang imannya tersebut"
2. kehilangan keaslian dan kejujuran kita
suara hati yang tidak pernah berdusta adalah wajah dari keaslian kita, namun beban hidup telah menggerusnya perlahan-lahan sehingga diri ini menjadi sombong di muka bumi
"Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung." [q.s al israa 37]
Abdullah Ibnu Masud RA meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Seseorang tidak akan mampu masuk surga jika ia mempunyai suatu keangkuhan sekecil apapun.” (Muslim)
3. kehilangan akan hal-hal di luar kemampuan kita untuk menahannya
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. " [q.s al baqarah 155]
dan tidak ada yang mampu kita lakukan selain bersabar....
jadul... tapi sungguh, membuatku kembali terhenyak [untuk kesekian kalinya] dan berfikir. mengoreksi diri.
ya, ternyata kita bukanlah kita yang dulu.
kita bukanlah kanak-kanak yang dengan demikian polosnya menilai semua yang kita liat dengan kesederhanaan anak kecil.
kita pun bukan lagi seorang anak yang selalu bergantung dengan orang tua.
kita memiliki kendali untuk menentukan langkah kita, apapun paksaan yang kita terima dari luar.
garis-garis hidup ini tidak datar... bergelombang setiap waktunya, berbeda di setiap lembarnya
dan tiba-tiba saja kita menjadi sosok yang lain dari kemarin-kemarin.
kehidupan kita yang baru, termasuk pergaulan dan semua masalah yang menjadi satu paket di dalamnya
tidak bisa dihadapi dengan dunia kita yang lama.
sebab, tantangan hidup yang baru tidak bisa ditundukkan dengan kebesaran kita di masa lalu.
jika dulu kita bergelimang dengan semua popularitas, atau dalam kesenangan dunia yang mengalihkan akhirat dari posisi utama
sekaranglah saatnya untuk meneguhkan diri sekuat jiwa,
untuk mengejar akhirat, mengingat kematian dan menyelimuti seluruh jiwa dengan rasa takut yang mendalam akan hari pembalasan
"dan barang siapa yang ingin mengejar surga dan ingin berlari dari neraka, sekarang inilah saatnya. saat taubat masih diterima, saat dosa masih diampuni. sebelum ajal memenggal, sebelum amal terputus, sebelum Alloh swt menghitung perbuaran manusia di tempat yang tidak diterima lagi persembahan, tidak berguna lagi alasan-alasan. yang tersembunyi menjadi nampak, syafaatnya tidak berfungsi lagi. manusia berbondong-bondong dengan amal perbuatannya. datang dengan bercerai berai menuju kedudukan masing-masing. maka beruntunglah hari itu mereka yang menaati Alloh dan binasalah mereka yang memaksiati Alloh." [umar bin abdul aziz]
setiap orang pasti akan kehilangan sebagian atau seluruh dirinya yang ia miliki dahulu, tetapi tidak semua orang mampu mencari penggantinya yang baru.
1. kehilangan gairah dan semangat penghambaan
abu darda' "sesungguhnya di antara tanda kepahaman seorang hamba adalah menjaga imannya dari hal-hal yang bisa menguranginya. serta memahami apakah sedang bertambah atau berkurang imannya tersebut"
2. kehilangan keaslian dan kejujuran kita
suara hati yang tidak pernah berdusta adalah wajah dari keaslian kita, namun beban hidup telah menggerusnya perlahan-lahan sehingga diri ini menjadi sombong di muka bumi
"Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung." [q.s al israa 37]
Abdullah Ibnu Masud RA meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Seseorang tidak akan mampu masuk surga jika ia mempunyai suatu keangkuhan sekecil apapun.” (Muslim)
3. kehilangan akan hal-hal di luar kemampuan kita untuk menahannya
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. " [q.s al baqarah 155]
dan tidak ada yang mampu kita lakukan selain bersabar....
Saturday, October 9, 2010
terima kasih
Kau, kembali menjadi wadah tumpah ruahnya semua keluh kesah
Menampung semua limbah pikiran yang terlanjur terakumulasi
Menerimanya tanpa protes
Bahkan mendaur ulangnya menjadi energy baru bagiku
Selalu begitu, hati yang penat kembali terisi dengan pikiran positif
Bagaimana aku akan berterima kasih padamu?
Sedangkan kata-kata itu selalu menghiasi tiap hari yang terangkai bersamamu, meski tersirat kadang…
Apakah aku harus mengukirkan namamu pada baris akhir coretan ini untukmu?
Tapi aku lebih memilih menghembuskan dua kata itu pada hujan yang selalu meningkahi kisah kita
Berharap, rombongan air yang berpindah dari tempatku kepadamu
memuat ribuan terima kasihku dan membasahimu dengannya
Menampung semua limbah pikiran yang terlanjur terakumulasi
Menerimanya tanpa protes
Bahkan mendaur ulangnya menjadi energy baru bagiku
Selalu begitu, hati yang penat kembali terisi dengan pikiran positif
Bagaimana aku akan berterima kasih padamu?
Sedangkan kata-kata itu selalu menghiasi tiap hari yang terangkai bersamamu, meski tersirat kadang…
Apakah aku harus mengukirkan namamu pada baris akhir coretan ini untukmu?
Tapi aku lebih memilih menghembuskan dua kata itu pada hujan yang selalu meningkahi kisah kita
Berharap, rombongan air yang berpindah dari tempatku kepadamu
memuat ribuan terima kasihku dan membasahimu dengannya
Labels:
coretan tangan,
friendship,
poem
Thursday, October 7, 2010
tentang skripsi
skripsi artinya
pusing-memotivasi diri
capek-jaga kesehatan
males makan-tapi harus makan
begadang-tapi harus banyak istirahat
sensi-kontrol emosi
gampang stress-jaga ibadah
berasa madesu-menyemangati dan disemangati
skripsi itu...
sebuah proses tarbiyah yang pasti dirasakan oleh semua manusia bergelar mahasiswa
sulit yang cepat berganti-ganti dengan mudah membuat kita tau seberapa besar kapasitas kita untuk mengatur dan memimpin diri sendiri
jalan [agak] panjang untuk mendapatkan legalitas menyematkan gelar S.** ... di belakang nama masing-masing itu...
banyak membuat setiap titik terendah dalam episode itu menjadi moment koreksi diri...
dan memang membutuhkan pengorbanan yang tidak sedikit
waktu, pikiran, dana...
bahkan kesehatan psikologis sering kali terpengaruh
ketika tak mampu dikelola...
dan jika kondisi ruhiyah tak mampu dipertahankan,,,
hanya lelah dan lelah lah yang akan dirasakan,
bukan kenikmatan...
renungan di pagi hari
2 oktober 2010
pusing-memotivasi diri
capek-jaga kesehatan
males makan-tapi harus makan
begadang-tapi harus banyak istirahat
sensi-kontrol emosi
gampang stress-jaga ibadah
berasa madesu-menyemangati dan disemangati
skripsi itu...
sebuah proses tarbiyah yang pasti dirasakan oleh semua manusia bergelar mahasiswa
sulit yang cepat berganti-ganti dengan mudah membuat kita tau seberapa besar kapasitas kita untuk mengatur dan memimpin diri sendiri
jalan [agak] panjang untuk mendapatkan legalitas menyematkan gelar S.** ... di belakang nama masing-masing itu...
banyak membuat setiap titik terendah dalam episode itu menjadi moment koreksi diri...
dan memang membutuhkan pengorbanan yang tidak sedikit
waktu, pikiran, dana...
bahkan kesehatan psikologis sering kali terpengaruh
ketika tak mampu dikelola...
dan jika kondisi ruhiyah tak mampu dipertahankan,,,
hanya lelah dan lelah lah yang akan dirasakan,
bukan kenikmatan...
renungan di pagi hari
2 oktober 2010
Subscribe to:
Posts (Atom)