setiap fase
kehidupan, kita selalu diberi kesempatan untuk belajar.
saat masih
sendiri, maka kita belajar untuk bersimpati pada yang telah menikah.
bagi yang
sudah menikah, maka fase itu mereka belajar untuk berempati bagi si single yang
masih berikhtiar dan bertawakal menanti si jodoh.
saat masih
sendiri, kita belajar bersabar .
dan saat
sudah menikah, maka kita belajar untuk menahan diri agak tak mengumbar bahagia.
karena hidup
tidak hanya dijalani berdua, ada mereka yang masih belajar tegar.
|
dimana tolensi untuk si single (photo by hikari) |
tentu yang
sudah menikah pernah mengalami fase single dimana segala pertanyaan
"kapan?" terasa memuakkan.dan tentu
mereka, saya dan kamu, yang sudah menikah juga pernah mengalami saat2 ketika
menghadiri pernikahan rekan, rasa bahagia atas senyum saudaranya dan harap-harap
cemas akan masa depan diri berbaur jadi satu dalam dada.
saat sudah
menikah, alangkah bijak jika menahan diri menjadi hijab yang dipakai.
menikah
bukan berarti menjadi ajang balas dendam terhadap perlakuan yang diterima dari para “senior”nya dulu. malah
seharusnya, menurut saya, menjadi sebuah sarana untuk memberikan teladan (jika
ini bisa disebut sebagai teladan) yang berbeda bagi orang lain. well, ini tak
hanya tentang perasaan si single tetapi juga mengenai perkara yang seharusnya
hanya dinikmati berdua saja: kita (saya, misalnya) dengan pasangan kita.
saya tidak
menampik bahwa menahan diri adalah hal tersulit